Orangtua Suportif |
Saya ingin membicarakan tentang perbedaan cara memberi dukungan pada anak oleh orangtua yang perhatian dan narsisistik. Kenapa menurut saya hal ini penting? Karena cara dan tujuannya berbeda, serta efek yang dihasilkan pada anak pun tidaklah sama. Sebelum lebih lanjut, saya tidak berlatar belakang pendidikan psikologi. Apa yang saya tulis berdasarkan yang saya baca dan alami dari kehidupan sehari-hari. Semoga Anda dapat mengambil manfaat dari tulisan ini; bila membutuhkan informasi yang lebih valid silakan mencari dari referensi psikologi atau menghubungi psikolog yang Anda ketahui.
Apa Beda Orangtua Perhatian dan Narsisistik dalam Mendukung Anak?
Setiap anak membutuhkan dukungan untuk menjadi pribadi yang terbaik di masa dewasanya, dari orang-orang terdekatnya. Dukungan tersebut bisa ia dapat dari orangtua, kakek-nenek, keluarga besar, guru, atau lingkungan tempat ia tumbuh besar. Dalam tulisan ini, saya akan berfokus pada pemberi dukungan utama yaitu orangtua, khususnya orangtua perhatian vs narsisistik.
Orangtua yang perhatian akan memberi dukungan dan perhatian agar anak dapat menjadi yang terbaik untuk dirinya sendiri. Anak tidak harus menjadi yang terbaik versi orangtua selama ia bisa jadi yang terbaik untuk dirinya sendiri. Bila pun tidak bisa, orangtua tetap menerima dan mencintai kesanggupan anaknya tersebut.
Biasanya, orangtua tipe ini tumbuh di lingkungan yang juga memberi dukungan yang tulus ketika ia kecil. Kebutuhannya sebagai pribadi telah tercukupi oleh orangtua atau keluarganya, sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan anaknya berdasarkan contoh yang ia dapatkan ketika tumbuh besar. Ia akan berusaha untuk selalu memberi yang terbaik pada anaknya, untuk kepentingan anaknya tersebut sendiri. Ia tidak akan lelah untuk terus mendukung, namun menerima segala hasilnya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.
Orangtua narsisistik (A) memberi dukungan dan perhatian agar anak dapat menjadi yang terbaik sehingga dapat meninggikan 'nilai' orangtua di mata publik. Ia tidak menerima kegagalan anak; bila anak 'gagal', orangtua tidak segan-segan menghina, melecehkan, dan membandingkan dengan anak lain yang berhasil.
Perilaku ini biasanya dilakukan oleh orangtua narsisistik yang memiliki latar belakang tumbuh dalam kesulitan dan kepercayaan diri yang rendah. Sehingga ia mengharapkan anak tumbuh menjadi seseorang yang 'bukan dirinya dulu'; lebih baik, lebih kaya, lebih terkenal, dll. Padahal, sikap berlebihan dalam memberi dukungan pada anak ini bisa jadi bukan yang diinginkan dan dibutuhkan anak.
Orangtua narsisistik (B) tidak memedulikan kebutuhan, memberi dukungan dan perhatian, kepada anak agar dapat berkembang menjadi dirinya yang terbaik. Orangtua yakin anaknya lahir dengan stempel 'kegagalan' dan tidak percaya anaknya dapat menjadi yang terbaik. Karenanya, ia akan menolak untuk ambil bagian dalam hidup anaknya; anak akan dibiarkan hidup mandiri, mengambil keputusannya sendiri, menentukan mana yang baik dan buruk, sekalipun ia tidak memiliki pengetahuan yang memadai.
Perilaku ini biasanya dilakukan oleh orangtua narsisistik yang memiliki latar belakang tumbuh dalam kejayaan dan kepercayaan diri berlebihan. Setelah menjadi orangtua, ia akan menjaga kejayaan yang pernah didapatnya dari masa kecil tersebut sehingga hanya akan berfokus pada pengembangan dirinya sendiri. Baginya, anak hanyalah penyerta yang menjadikan dirinya lengkap; berprestasi sebagai pribadi dan orangtua (walaupun pada kenyataannya tidak demikian).
Efek jangka panjang dari sikap orangtua narsisistik dengan caranya memberi dukungan pada anak tidak akan baik. Anak bisa kehilangan jati dirinya sendiri; ia akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk menyenangkan orangtuanya sekalipun ditebus dengan kelelahan, rasa sakit, kebosanan, dan kebingungan apakah ini yang ia inginkan atau tidak. Di sisi lain, anak juga bisa menjadi pribadi yang lemah, rendah diri, memiliki citra diri negatif karena menyakini ketidakmampuan yang ditanamkan oleh orangtua selama hidupnya. Lebih jauh, anak-anak ini bisa menjadi orangtua narsisistik juga dan tanpa sadar mengulangi siklus kehidupannya pada anak-anaknya.
Nah, setelah mengetahui perbedaan antara orangtua perhatian dan orangtua narsisistik dalam memberi dukungan pada anak, adalah tugas bagi Anda (orangtua) untuk menentukan langkah yang terbaik. Lihatlah diri Anda sendiri, pelajari masa lalu Anda (saat kecil, remaja, dan beranjak dewasa) dan ketahui bagaimana orangtua membesarkan Anda.
Apakah orangtua Anda tipe perhatian atau narsisistik? Bila orangtua Anda perhatian, berbahagialah karena Anda memiliki contoh terbaik untuk membesarkan anak-anak Anda dalam cinta dan perhatian yang tulus. Namun, bila orangtua Anda narsisistik, jangan putus asa. Anda bisa memutus siklus tersebut dan tidak meneruskannya pada generasi di bawah Anda. Karena hanya cinta dan perhatian yang tuluslah yang bisa menumbuhkan anak-anak Anda menjadi pribadi yang terbaik, yang pada gilirannya akan meneruskan nama baik Anda.
Tidak usah khawatir akan kehilangan diri sendiri karena memberi dukungan pada anak yang terbaik. Di mana pun posisi Anda saat ini; orangtua yang berkarir di rumah maupun di luar rumah, Anda dapat tetap menjadi diri sendiri, bahkan yang terbaik yang Anda mampu.Syaratnya adalah mencintai anak Anda dengan tulus; menerima keunikannya, mensyukuri kelebihannya, memaafkan kekurangannya, membimbingnya menjadi yang terbaik sesuai kesanggupan dan langkahnya sendiri.
Disarikan dari berbagai sumber:
https://www.psychalive.org/the-problem-with-narcissistic-parents/
https://www.psychologytoday.com/us/blog/insight-is-2020/201405/narcissistic-parents-psychological-effect-their-children
https://www.huffpost.com/entry/5-damaging-lies-we-learn-from-narcissistic-parents_b_586608e7e4b068764965c0ff
0 komentar:
Posting Komentar